Telusuri sejarah Maluku yang memukau dan Asal Usul Nama Maluku yang diperdebatkan—dari Arab (Jazirah Al-Muluk), lokal (Moloku), hingga penetapannya sebagai Spice Islands. Pahami kronologi kekuasaan empat kesultanan yang menjadikannya pusat niaga global.
Mengurai Misteri Nama Maluku: Kisah ‘Negeri Para Raja’ dan Jantung Rempah-Rempah Dunia
Sejarah Maluku adalah narasi abadi tentang kekayaan alam dan perebutan kekuasaan. Jauh sebelum Indonesia merdeka, gugusan pulau di timur Nusantara ini telah menjadi pusat perhatian dunia, dikenal secara global sebagai The Spice Islands atau Kepulauan Rempah-Rempah.
Namun, di balik julukan populer tersebut, terdapat perdebatan etimologis yang kaya mengenai Asal Usul Nama Maluku itu sendiri. Nama yang kini melekat pada dua provinsi (Maluku dan Maluku Utara) ini menyimpan kisah penyatuan, kerajaan, hingga pengaruh kebudayaan asing yang kuat.
Tiga Versi Utama Asal Usul Nama Maluku
Penamaan “Maluku” telah dicatat dalam naskah kuno dan laporan asing, menunjukkan bahwa nama ini sudah dikenal luas sejak abad pertengahan. Terdapat setidaknya tiga teori utama yang menjelaskan asal-usul kata tersebut.
Versi Arab: Jazirah Al-Muluk (Negeri Para Raja)
Ini adalah versi yang paling populer dan banyak diterima dalam literatur sejarah. Pada masa kejayaan perdagangan Islam (sekitar abad ke-14 dan ke-15), pedagang Arab yang singgah di kepulauan ini menemukan sistem politik yang kuat.
- Jazirah Al-Muluk: Berasal dari bahasa Arab. Jazirah berarti “pulau” atau “wilayah,” dan Al-Muluk (bentuk jamak dari Malik) berarti “para raja” atau “wilukayah dengan banyak raja”.
Interpretasi ini sangat logis, mengingat wilayah Maluku (khususnya Maluku Utara) merupakan pusat kekuasaan empat kesultanan Islam yang termasyhur dan saling bersaing: Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo. Empat kesultanan ini dikenal dengan sebutan tradisional Moloku Kie Raha (Empat Gunung Maluku) atau empat pilar utama.
Versi Lokal: Moloku (Menggenggam atau Menyatu)
Beberapa sumber lokal meyakini bahwa nama Maluku berasal dari kata-kata dalam bahasa daerah yang lebih tua.
- Moloku: Diartikan sebagai “menggenggam” atau “menyatukan”. Makna ini merujuk pada upaya penyatuan wilayah atau kekuatan dari empat pilar kerajaan di Maluku Utara (Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo) untuk menghadapi ancaman luar atau mengelola wilayah kekuasaan yang luas.
- Ma-loko: Beberapa ahli menduga kata ini berakar dari kata Sanskerta loka yang berarti “tempat” atau “bumi” (Bhuwana), dan Ma sebagai kata penghubung. Interpretasi ini mengarah pada makna “penguasa dunia” atau “wilayah kekuasaan”, sejalan dengan tradisi politik Jawa.
Versi Catatan Asing: Maloko dan Mi-li-ku
Jejak penamaan Maluku juga ditemukan dalam catatan sejarah dari peradaban lain:
- Maloko (1365): Nama ini dicatat dalam naskah Jawa Kuno Nagarakretagama (ditulis oleh Mpu Prapanca pada tahun 1365 M), yang menunjukkan bahwa kepulauan ini telah diakui keberadaannya sebagai wilayah yang strategis oleh Majapahit.
- Mi-li-ku (Dinasti Tang): Catatan dari Dinasti Tang (618-906 M) di Tiongkok menyebut sebuah kawasan bernama Mi-li-ku yang merujuk pada gugusan pulau-pulau cengkeh dan pala, diperkirakan adalah sebutan paling awal untuk Maluku.
Maluku: Kepulauan Rempah-Rempah (The Spice Islands)
Terlepas dari perdebatan etimologisnya, sejarah Maluku tidak akan lengkap tanpa menyinggung julukannya yang paling terkenal: Kepulauan Rempah-Rempah. Julukan ini menjadi daya tarik utama yang memicu penjelajahan samudra dan penjajahan Eropa.
Komoditas Emas Abad Pertengahan
Maluku adalah satu-satunya wilayah di dunia yang menghasilkan rempah-rempah langka dan sangat mahal pada abad pertengahan hingga era kolonial, terutama:
- Cengkeh: Asalnya hanya tumbuh secara endemik di Ternate, Tidore, Halmahera, dan pulau-pulau kecil di Maluku Utara.
- Pala: Asalnya hanya tumbuh secara endemik di Kepulauan Banda (Maluku Tengah).
Nilai komoditas ini setara dengan emas di pasar Eropa, sehingga memicu persaingan ketat antara bangsa Portugis (yang tiba pertama pada 1512), Spanyol, Inggris, dan akhirnya Belanda (VOC). VOC berhasil memonopoli perdagangan rempah di wilayah ini selama berabad-abad, yang secara tragis juga menyebabkan kemakmuran Maluku berakhir dan banyak petani menderita.
Variasi Nama Kolonial
Pengaruh kolonial juga melahirkan variasi nama Maluku yang digunakan bangsa Eropa:
- Moluccos (Portugis)
- Moluccas (Inggris)
- Molukken (Belanda)
Nama-nama ini lebih bersifat deskriptif, merujuk pada pulau-pulau sumber rempah yang mereka perebutkan.
Penataan Administrasi Modern Maluku
Dalam konteks negara modern Indonesia, nama Maluku mengalami perubahan status administratif.
Pada masa awal kemerdekaan, Maluku merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang meliputi seluruh kepulauan. Namun, pada tahun 1999, Provinsi Maluku dipecah menjadi dua untuk alasan efektivitas administrasi dan tuntutan otonomi daerah:
- Provinsi Maluku (Ibu kota Ambon).
- Provinsi Maluku Utara (Ibu kota Ternate, kemudian Sofifi).
Pembagian ini mengakui dua pusat kekuasaan historis utama: wilayah bekas Kesultanan di Utara dan wilayah-wilayah yang berpusat pada Ambon dan Banda di Selatan. Meskipun terpisah secara administratif, kedua provinsi ini tetap mewarisi dan menjunjung tinggi nama besar Maluku, nama yang membawa makna kekuasaan, penyatuan, dan sejarah rempah-rempah yang tak tertandingi di dunia.
