Kota Semarang adalah ibu kota Provinsi Jawa Tengah sekaligus salah satu kota pelabuhan penting di Indonesia. Nama “Semarang” terdengar sederhana, tetapi menyimpan cerita panjang yang menarik untuk ditelusuri. Dahulu, wilayah yang kini kita kenal sebagai Semarang hanyalah daerah pesisir yang dipenuhi rawa dan hutan mangrove. Penduduk setempat menyebutnya sebagai kawasan yang masih liar dan belum banyak dihuni.
Menurut cerita yang paling populer, nama Semarang berasal dari gabungan dua kata Jawa, yaitu “Asem” (pohon asam jawa) dan “Arang” (jarang atau tidak rapat). Konon, ketika pendatang pertama tiba di kawasan ini, mereka menemukan tanah yang subur dengan beberapa pohon asem yang tumbuh jarang-jarang. Sebutan “Asem Arang” kemudian sering diucapkan masyarakat hingga lambat laun berubah pengucapannya menjadi “Semarang”.
Seiring berjalannya waktu, kawasan Semarang berkembang pesat. Pada abad ke-15, daerah ini mulai ramai oleh para pedagang lokal dan pendatang asing. Letaknya yang strategis di pesisir utara Pulau Jawa menjadikan Semarang pelabuhan penting bagi perdagangan antar pulau dan antar bangsa. Pedagang dari Tiongkok, India, Arab, bahkan Eropa kerap singgah di sini. Pengaruh budaya asing mulai terlihat dalam arsitektur dan kehidupan masyarakatnya.
Pada masa Kesultanan Demak, Semarang menjadi salah satu pusat penyebaran agama Islam. Tokoh Wali Songo, seperti Sunan Kalijaga, disebut-sebut turut berdakwah di kawasan ini. Setelah VOC Belanda datang, Semarang semakin berkembang sebagai kota pelabuhan utama. Pada abad ke-18 hingga ke-19, Belanda membangun berbagai infrastruktur penting, seperti pelabuhan modern, jalur kereta api pertama di Indonesia (1867), serta kawasan kota lama yang masih bisa dinikmati hingga sekarang.
Kini, Semarang bukan hanya kota pelabuhan, tetapi juga pusat budaya, sejarah, dan kuliner di Jawa Tengah. Identitas namanya yang berasal dari “Asem Arang” menjadi simbol perjalanan panjang dari sebuah kampung pesisir sederhana menjadi kota metropolitan yang modern namun tetap penuh sejarah. Nama Semarang tidak hanya mengingatkan kita pada pohon asem yang jarang-jarang tumbuh di masa lalu, tetapi juga pada keberagaman dan daya tarik kota ini yang terus berkembang.




